Friday, January 22, 2016

laporan analisa pengendapan

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
MODUL PRAKTIKUM


ANALISA PENGENDAPAN








KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.I
POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
MEDAN
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Judul Percobaan
Analisa Pengendapan

B.     Tujuan Percobaan
Mempelajari proses pemisahaan suatu partikel padat yang terdapat didalam suatu fluida yang didasarkan atas besar kecilnya Diameter Partikel (distribusi ukuran partikel) berdasarkan hukum stoke.

C.    Latar Belakang
Endapan merupakan zat yang memisahkan diri dari larutan berfase padat,terbentuk jika larutan lewat jenuh. Suatu akan zatyang mengendap jika hasil kali kelarutan ion-ionnya lebih besar dari Ksp. Kelarutan (s) didefinisikan sebagai konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Pembentukan endapan adlah salah satu teknik untuk memisahkan anlit dari zat lain ,dan endapan ditentukan dengan cara di timbang dan dilakukan pehitungan stokiometri.
Reaksi pengendapan telah digunakan secara meluas dalam kimia analisis dalam titrasi-titrasi, dalam penetapan gravimetri, dan dalam memisahkan suatu sampel menjadi komponen-komponenny.Suatu senyawa dapat diuraikan menjadi anion dan kation. Analisa anion dan kation bertujuan untuk menganalisa adanya ion dalam sample.
Analisa Anion dominan menggunakan cara yang lebih mudah dibanding analisa terhadap kation dan berlangsungnya juga sangat singkat sehingga kita dapat secara cepat mendapatkan hasil percobaan.
Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.






BAB II
LANDASAN TEORITIS

A.    Pengendapan
Endapan merupakan zat yang memisahkan diri dari larutan berfase padat,terbentuk jika larutan lewat jenuh. Suatu akan zatyang mengendap jika hasil kali kelarutan ion-ionnya lebih besar dari Ksp. Kelarutan (s) didefinisikan sebagai konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Pembentukan endapan adlah salah satu teknik untuk memisahkan anlit dari zat lain ,dan endapan ditentukan dengan cara di timbang dan dil;kukan pehitungan stokiometri.

Cara ini dikenal dengan nama Gravimetri.
aA + rR → AaRr

Dengan :
A : Molekul zat analit A
R : Molekul analit R
AaRr = Zat yang mengendap

Pereaksi R berlebih biasanya untuk menekan kelarutan endapan. Keberhasilan analisa Gravimetri bergantung pada :
Kesempurnaan proses pemisahan hingga kuantitas yang tidak mengendap tak ditemukan (biasanya 0,1 mg)
Zat yang ditimbang mempunyai susunan tertentu yang diketahui murni.
Jika suatu larutan telah lewat jenuh ,maka akan terbentuk larutan. Larutan merupakan zatyang memisahkan diri atau terpisah dari suatu larutan yang mempunyai fase padat. Suatu zat yang akan mengendap apabila hasil kali kelarutan ion-ionnya lebih besar dari Ksp. Kelarutan nya mempunyai lambang “s” dan didefinisikan sebagai konsentrasi molar dari Larutan jenuhnya.
Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.

Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) -> AgCl(s) + NaNO3(aq)

Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi dengan indicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat CrO42- dimana dengan indicator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat diamati. Inikator lain yang bisa dipakai adalah tiosianida dan indicator adsorbsi.
            Cara untuk meminimalisasi kelewat jenuhan dan mendapatkan cristal dalam jumlah besar dapat dilakukan dengan cara : .
·         Pengendapan dilakukan dalam konsentrasi yang rendah/encer
Penambahan pereaksi perlahan-lahan dan pengadukan yang lambat. Pengadukan dilakukan pada larutan panas sebab bila suhu dinaikan kelarutan zat bertambah → nilai S bertambah
·          Pengendapan dilakukan pada pH rendah, karena umumnya kelarutan zat lebih mudah larut dalam kondisi asam → kecepatan pengendapan lambat dari suatu larutan.

            Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk dari reaksi antara analit dan titrant. Endapan dengan kelarutan yang kecil akan menghasilkan kurva titrasi argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggi sehingga titik ekuivalen mudah ditentukan, akan tetapi endapan dengan kelarutan rendah akan menghasilkan kurva titrasi yang landai sehingga titik ekuivalen agak sulit ditentukan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengendapan
Keberhasilan proses pengendapan sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor diantaranya temperatur, sifat alami pelarut, pengaruh ion lain, pH, hidrolisis,dan pembentukan kompleks.
1.      Temperatur
Kelarutan semakin meningkat dengan naiknya suhu, jadi dengan meningkatnya suhu maka pembentukan endapan akan berkurang disebabkan banyak endapan yang berada pada larutannya.
2.      Sifat alami pelarut
Garam anorganik mudah larut dalam air dibandingkan dengan pelarut organik seperti alkohol atau asam asetat. Perbedaan kelarutan suatu zat dalam pelarut organik dapat dipergunakan untuk memisahkan campuran antara dua zat. Setiap pelarut memiliki kapasitas yang berbeda dalam melarutkan suatau zat, begitu juga dengan zat yang berbeda memiliki kelarutan yang berbeda pada pelarut tertentu.
3.      Pengaruh ion sejenis
Kelarutan endapan akan berkurang jika dilarutkan dalam larutan yang mengandung ion sejenis dibandingkan dalam air saja. Sebagai contoh kelarutan Fe(OH)3 akan menjadi kecil jika kita larutkan dalam larutan NH4OH dibanding dengan kita melarutkannya dalam air, hal ini disebabkan dalam larutan NH4OH sudah terdapat ion sejenis yaitu OH- sehingga akan mengurangi konsentrasi Fe(OH)3 yang akan terlarut. Efek ini biasanya dipakai untuk mencuci endapan dalam metode gravimetri.
4.      Pengaruh pH
Kelarutan endapan garam yang mengandung anion dari asam lemah dipengaruhi oleh pH, hal ini disebabkan karena penggabungan proton dengan anion endapannya. Misalnya endapan AgI akan semakin larut dengan adanya kenaikan pH disebabkan H+ akan bergabung dengan I- membentuk HI.
5.      Pengaruh hidrolisis
Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air maka akan dihasilkan perubahan konsentrasi H+ dimana hal ini akan menyebabkan kation garam tersebut mengalami hidrolisis dan hal ini akan meningkatkan kelarutan garam tersebut.
6.      Pengaruh ion kompleks
Kelarutan garam yang tidak mudah larut akan semakin meningkat dengan adanya pembentukan kompleks antara ligan dengan kation garam tersebut. Sebagai contoh AgCl akan naik kelarutannya jika ditambahkan larutan NH3, hal ini disebabkan karena terbentuknya kompleks Ag(NH3)2Cl.

Pembentukan endapan ini merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk memisahkan animalit dari gangguan zat-zat yang lain dan menentukan konsentrsi analit dengan cara menimbang endapan tersebut .Kemudian dilakukan perhitungan stokiometri.Cara memisahkan dengan pengendapan itu disebut “Gravimetri”.
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan senyawa gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti.
            Pada saat sedimen diendapkan, maka ia akan mengikuti hukum alam. Contohnya, material yang berat akan terendapkan lebih dahulu dibanding yang ringan.
Kecepatan pengendapan material sedimen tergantung pada besar butirnya, menurut hukum stoke, v = C.r2 cm/s dimana v adalah kcepatan pengendapan, C suatu konstanta dan r garis tengah butiran.

B.     Perkembangan Serta Penggunaan dalam Dunia Industri

Reaksi pengendapan telah digunakan secara meluas dalam kimia analisis dalam titrasi-titrasi, dalam penetapan gravimetri, dan dalam memisahkan suatu sampel menjadi komponen-komponenny.Suatu senyawa dapat diuraikan menjadi anion dan kation.Analisa anion dan kation bertujuan untuk menganalisa adanya ion dalam sample. Analisa Anion dominan menggunakan cara yang lebih mudah dibanding analisa terhadap kation dan berlangsungnya juga sangat singkat sehingga kita dapat secara cepat mendapatkan hasil percobaan.
Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.

C.    Alat – Alat Pengendapan Yang Paling Sering Digunaka
·         Ruang Pengendap
·         Bejana Pengendap

1.      Ruang Pengendapan
Ruang pengendap (dengan atau tanpa pelat penghalang aliran) pada prinsipnya adalah suatu saluran alir gas yang melebar. Ketika memasuki ruang tersebut, kecepatan aliran menjadi lebih kecil sehingga tahanan partikel terhadap aliran menurun. Oleh karenanya partikel–partikel tidak lagi terbawa oleh aliran gas sehinga akan jatuh ke bawah dan dapat dipisahkan.
Ruang pengendap terutama digunakan untuk memisahkan partikel padat atau partikel cairan yang relatif besar dan berat dari gas buang. Pembuatan alat ini maupun cara kerjanya sederhana.
2.      Bejana Pengendapan
Bejana pengendap yang bekerja secara kontinu dapat mempunyai berbagai bentuk. Biasanya digunakan untuk pemisahan campuran cair-padat, cair-cair. Ukuran dan bentuk harus dirancang sedemikian sehingga kecepatan aliran yang melewatinya (kecepatan naik ke atas) lebih kecil dari pada kecepatan turunnya fasa berat dari campuran. Artinya, semakin besar aliaran yang masuk, semakin besar pula aliran bejana yang harus dibuat. Pada proses ini juga harus diperhatikan agar aliran masuk tidak menimbulkan turbulensi di dalam bejana.
Masalah lain yan harus diperhatikan adalah sistem pengeluaran fasa ringan maupun berat secara kontinu. Cairan pada umumya lebih mudah dipisahkan dari pada padatan (Lumpur). Bejana–bejana yang paling sering diguakan ialah kolam penjernih dan decanter.Kolam penjernih terutama digunakan untuk membersihkan air limbah rumah tangga dan air limbah industri serta juga untuk membuat air minum dan air keperluan industri/pabrik.
Pada dasarnya terdapat dua bentuk kolam, yaitu kolam empat persegi panjang. Suspensi yang akan dijernihkan mengalir masuk dari bagian atas. Cairan yang telah dijernihkan melimpah keluar diujung lain dari kolam. Dengan sebuah perkakas penyapu yang dilengkapi penggaruk–penggaruk, Lumpur didasar kolam diangkut kedalam palung yang berada pada bagian masukan kolam. Kemudian Lumpur dikeluarkan, misalnya dengan bantuan pompa.Pada kolam yang berbentuk bulat, suspensi masuk dari atas di bagian pusat kolam. Cairan yang telah dijernihkan mengalir keluar melalui sebuah saluran yang terdapat di sekeliling kolam.
Saluran bergerak lambat untuk mengangkut secara kontinu bahan–bahan padat yang mengendap di dasar kolam. Bahan padat ini masuk ke dalam tempat pembuangan yan berbentuk kerucut, untuk kemudian disalurkan keluar sebagai Lumpur dengan sebuah pompa.
Dekanter terutama digunakan untuk secara kontinu memisahkan cairan yang tidak saling larut. Misalnya sebagai alat pemisah yang digunakan setelah proses rektifikasi ekstraktif, destilasi uap dan ekstraksi.Alat ini biasanya terdiri atas sebuah bejana berbentuk silinder yang relatif kecil, dengan sebuah pipa masukan pada sumbunya. Pipa masukan menjorok ke dalam hingga setengah dari tinggi alat. Berkaitan dengan ini, pemasukan bahan diusahakan hingga setinggi permukaan antar fasa.Fasa yang lebih ringan akan keluar dari ujung atas bejana melalui sebuah pipa limpah (over flow). Fasa yang lebih berat keluar dari bagian bawah melalui pipa U.
 Ketinggian pipa pembuangan ini dapat diatur berdasarkan perbedan kerapatan antara cairan yang dipisahkan. Sebagai pengganti pipa U untuk mengeluarkan fasa berat, juga dapat digunakan sebuah pengatur apung, yang membuat ketinggian permukaan antar fasa tetap konstan.
Pemisahan suspensi atau emulsi dengan cara pengendapan dalam setiap bejana. Untuk keperluan tersebut umumnya digunakan ketel reaksi,lebih baik lagi ketel yang runcing yang dilengkapi dengan saluran keluaran di bagian bawah atau perkakas pengisap.

Penjernihan Padat/Padat
Suatu campuran baha–bahan padat dapat dipisahkan satu sama lain dengan cara sederhana bila salah satu bahan dapat ditarik oleh magnet. Penggunaan metode ini dapat dijumpai pada pengambilan bijih–bijih tambang dan juga pemisahan benda asing sebelum bahan dimasukkan ke dalam penggilingan. Metode lainnya adalah pengapungan yang juga diterapkan pada penambangan pasir besi.
Pada pengapungan, canpuran terdiri dari bahan–bahan padat yang semuanya memiliki berat jenis lebih besar dari pada cairan pembawanya. Jika suatu bahan di dalam campuran bersifat sukar dibasahkan, maka pada waktu dicampur dengan air brsama udara, bahan akan diselubungkan dengan elombang udara dan naik ke atas. Dengan penambahan zat tertentu ke dalam campuran. Untuk pemisah campuran padat/padat diguakan alat pemisah hembus (pemisah udara).
Penjernihan dilakukan untuk memisahkan suspensi yang mengandung bahan padat yang lebih berat dengan kecepatan pengendapan yang baik atau bahan padat yang lebih ringan dengan kecepatan bahan mengapung yang baik. Alat yang untuk penjernihan cair/padat adalah tangki pengendap, alat sentrifugasi piring, alat sentrifugasi kamar dan alat sentrifugasi pengangkut spiral.
 Penjernihan dilakukan untuk memisahkan bahan–bahan padat (debu) dari gas, yaitu jika dalam gas terdapat bahan padat yang relatif berat dengan ukuran butiran yang cukup besar. Untuk memisahkan campuran gas/padat digunakan alat–alat berikut :ruang pengendap,siklon.


BAB III
MATERI DAN METODE

A.    Materi

1.      Alat
·         Silinder Andreason pipet, dengan beberapa buah pipet yang berbeda ukurannya
·         Stopwatch
·         Neraca  Analitik
·         Oven Pengering
·         Pipet Volume 10 ml
·         Kertas Saring
·         Corong
·         Beaker Glass
·         Thermometer
·         Gelas Ukur

2.      Bahan
·         Bubuk batu bata
·         Aquadest
·         Batu batu yang telah dipecahkan.

B.     Metode
·         Prosedur Kerja
1.      Menimbang kertas saring dan catat beratnya.
2.      Kedalam Silinder Andreasen Pipet isikan aquadest sampai yang ditentukan.
3.      Masukkan sampel (bubuk batu bata) kedalam silinder
4.      Tutup silinder dan aduk lebih kurang 3 s/d d menit.
5.      Letakkan silinder pada posisi benar-benar tegak lurus.
6.      7 (tujuh) menit setelah pengadukkan, ambil sampel secara serentak dengan menghisap melalui pipet pada ketinggian yang berbeda.
7.      Saring dan keringkan dalam oven.
8.      Setelah benar-benar kering timbang kembali kertas saring tersebut beserta endapannya.
9.      Ulangi percobaan diatas dari sampel 1 s/d 8 dengan sampel yang sama untuk waktu pengendapan 14 menit.





  
BAB IV
HASIL KERJA PRAKTEK DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil Kerja Praktek
Sampel Bubuk Batu Bata : 20,0005 gram
Temperatur Air                 : 30 oC       


Suc no.
Std
H.M
Ope. O
H.M
Distance h (cm)
Dish
No
Dish Weight
t (g)
Total Weight
t (g)
Net solid weight (g)
1
7
h1
12,91
1
1,1513
1,2015
0,0484
2
7
h2
9,25
2
1,1548
1,1887
0,0339
3
14
h1
12,91
3
1,1608
1,1859
0,0251
4
14
h2
9,25
4
1,1809
1,2022
0,0213

            V2 = 14 ml
            V1 = 10 ml
            V  = V2 - V1
= 14 ml – 10 ml
= 4 ml
ρbatu bata  = 1,7574 gram/ml
   Cp  =  0,8007 cp
ρair   =  0,99564 gr/ml


B.     Pembahasan

1.      Mencari bahan
        bahan  =  
                    =  
                 = 1,7574 gr/ml

2.      Mencari konsentrasi
   Co =
         =
        = 0,0800 gr/ml
         = 0,0800 gr/cm3

3.      Menghitung diameter partikel
   -untuk h 12,91 cm dan ϴ 420 dtk
                      = 0,8007 cp x  
                                    = 0,008007 gr/ cm dtk

Dp       =            

               
=
= 0,00243 cm

-untuk h 9,25 cm dan ϴ 420 dtk
Dp       =            

               
=
= 0,00206 cm

-untuk h 12,91 cm dan ϴ 840 dtk
Dp       =            

               
=
= 0,00172 cm

-untuk h 9,25 cm dan ϴ 840 dtk
Dp       =            

               
=
= 0,00145 cm

4.      Menghitung % berat
a.       %Berat =               x 100 %
                         =         x 100%
             =         0,24 %

b.      %Berat =               x 100 %
                         =         x 100%
             =         0,16 %
c.       %Berat =               x 100 %
                         =         x 100%
             =         0,12 %

d.      %Berat =               x 100 %
                         =         x 100%
             =         0,10 %

5.      Menghitung R
a.       R1           = 1 -
                        = 1 -
                        = 1 - 0,0605    
= 0,9395
b.      R1           = 1 -
                        = 1 -
                        = 1 - 0,0424    
= 0,9576
c.       R1           = 1 -
                        = 1 -
                        = 1 - 0,0314    
= 0,9686
d.      R1           = 1 -
                        = 1 -
                        = 1 - 0,0266    
= 0,9735


C.    Tabulasi Data

Suc
No
Time
Sedim
Distance
h (cm)
SAMPEL
Std
H.M
Ope. O
H.M
Dish
No
Dish
Weight
t (gr)
Total Weight
t (gr)
Net Solid Weight
M’ g / 10 cc
Dp
(cm)
R
% Berat
1
7
h1
12,91
1
1,1531
1,2015
0,0484
0,00243
0,9395
0,24
2
7
h2
9,25
2
1,1548
1,1887
0,0339
0,00206
0,9576
0,16
3
14
h1
12,91
3
1,1608
1,1859
0,0251
0,00172
0,9686
0,12
4
14
h2
9,25
4
1,1809
1,2022
0,0213
0,00145
0,9734
0,10


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulakan bahwa :
1.      Semakin panjang  jarak pipet ke batas permukaan air maka lebih banyak endapan yang terhisap karena pipet dekat dengan endapan
2.      Semakin lama waktu untuk mendiamkan larutan maka akan semakin banyak endapan yang mengendap
3.      Pada percobaan analisa pengendapan ini, viskositas fluida sangat mempengaruhi. Jika viskositas besar maka waktu pengendapan menjadi lebih lama, dan sebaliknya jika viskositas kecil maka waktu pengandapan menjadi lebih cepat.




B.     Saran
Ketika proses pemipetan harus dilakukan secara serentak dan larutan setelah dipipet harus tegak.













BAB VI
DAFTAR PUSTAKA


Crristie J. Geankoplis, (1997), “Transport Process and Unit Operation”, 3rd Ed., Prentice-Hall Of India.
Stanley M. Walas, (1988), “ Chemical Process Equipment “, 10th Butterworth Publisher USA.
Warren L, Mc Cabe, Julian C. Smith, dan Peter harriot, (1999), ”Operasi Teknik Kimia”, Jilid 1, Cetakan ke-4, PT. Erlangga.