KENAIKAN TITIK DIDIH
BAB I. PENDAHULUAN
A. JUDUL PERCOBAAN
" KENAIKAN TITIK DIDIH "
B. TANGGAL PERCOBAAN
" RABU, 22 APRIL 2015 "
C. TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk menentukan kenaikan titik didih molal dari pelarut murni
2. Untuk menentukan berat molekul dari zat terlarut
3. Dapat mengetahui harga Kb dari zat terlarut
BAB II. LANDASAN TEORI
Titik didih adalah suhu (temperatur) ketika tekanan uap sebuah zat cair sama dengan
tekanan eksternal yang dialami oleh cairan. Sebuah cairan di dalam vacuum akan memiliki titik didih yang rendah dibandingkan jika cairan itu berada di dalam tekanan atmosfer. Cairan yang berada di dalam tekanan tinggi akan memiliki titik didih lebih tinggi jika dibandingkan dari titik didihnya di dalam tekanan atmosfer.
Titik didih normal (juga disebut titik didih atmospheris) dari sebuah cairan merupakan kasus istimewaketika tekanan uap cairan sama dengan tekanan atmosfer di permukaan laut, satu atmosphere. Pada suhu ini, tekanan uap cairan bisa mengatasi tekanan atmosfer dan membentuk gelembung di dalam massa cair. Pada saat ini (per 1982) Standar Titik Didih yang ditetapkan oleh IUPAC adalah suhu ketika pendidihan terjadi pada tekanan 1 bar. Pada tekanan dan temperatur udara standar (76 cmHg, 25 °C) titik didih air sebesar 100 °C.
Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih. Pada suhu ini, tekanan uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal ini menyebabkan terjadinya penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur pada tekanan 1 atmosfer. Dari hasil penelitian, ternyata titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murninya. Hal ini disebabkan adanya partikel - partikel zat terlarut dalam suatu larutan menghalangi peristiwa penguapan partikel - partikel pelarut. Oleh karena itu, penguapan partikel - partikel pelarut membutuhkan energi yang lebih besar. Perbedaan titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni di sebut kenaikan titik didih yang dinyatakan dengan , sehingga persamaannya dapat ditulis :
Tb = kenaikan titik didih (oC)
kb = tetapan kenaikan titik didih molal (oC kg/mol)
m = molalitas larutan (mol/kg)
Mr = massa molekul relatif
P = jumlah massa zat (kg)
beberapa Tetapan Kenaikan Titik Didih (Kb) Beberapa Pelarut
Pelarut Titik Didih Tetapan (Kb)
Aseton 56,2 1,71
Benzena 80,1 02,53
Kamfer 204,0 05,61
Karbon tetraklorida 76,5 04,95
Sikloheksana 80,7 02,79
Naftalena 217,7 05,80
Fenol 182 03,04
Air 100,0 00,52
Pada saat ini kehidupan sehari-hari manusia sangat sulit dilepaskan dengan kendaraan bermotor atau mesin, penggunaan mesin langsung atau tidak langsung selalu disertai dengan penggunaan bahan bakar, dari proses pembakaran selalu saja disertai dengan pembebasan panas. Tidak semua panas dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi yang diperlukan tetapi terbuang ke lingkungan, karena panas yang berlebihan justru akan mengganggu kinerja mesin. Agar kerja mesin tidak terganggu, dalam mesin terutama yang penggunaannya cukup lama atau kendaraan bermotor selalu dipasar radiator. Fungsi Radiator adalah untuk mentranformasikan panas mesin ke lingkungan agar kerja mesin tidak terganggu atau rusak karena “over heat” atau kelebihan panas.
Untuk kendaraan berkapasitas kecil (isi silinder kecil) biasanya dibawah 200 cc cukup menggunakan pendingin sirip atau “van colling” yang terpasang pada sisi luar ruang pembakaran mesin kendaraan bermotor. Radiator digunakan pada kendaraan yang memiliki kapasitas silinder yang cukup besar dengan memberikan pipa atau saluran pada badan mesin sehingga cairan pendingin dapat melewati dengan baik menggunakan bantuan pompa radiator. Perangkat radiator terdiri dari saluran cairan pendingin masuk dan keluar mesin, kipas pendingin yang dipasang didepan atau dibelakang sirip pendingin, tangki cadangan cairan pendingin radiator dan cairan pendingin radiator.
Cairan pendingin pada radiator ini mempunyai peran yang sangat penting dalam metransformasikan panas mesin kelingkungan, agar mesin dapat tetap bekerja pada suhu yang optimal yang berdapak pada penghematan bahan bakar. Air sebenarnya dapat digunakan sebagai cairan pendingin, namun air dengan titik didih 100oC dan titik beku 0oC memerlukan perhatian dan pemeliharaan yang terlalu sering, yang lebih berbahaya bila kendaraan atau mesin digunakan didaerah yang beriklim cukup ekstrim baik dingin maupun panas. Pada saat cuaca sangat dingin air dalam radiator akan membeku dan dapat mengakibatkan pecahnya pipa saluran radiator serta mesin akan sangat sulit untuk di stater. Demikian pula pada iklim yang ekstrim panas, air dalam radiator tidak akan dapat bertahan lama karena mendidih dan tingkat penguapan yang tinggi sehingga akan cepat habis bila tidak terkontrol akan terjadi kerusakan kendaraan yang sangat fatal.
Untuk mengatasi masalah tersebut dibuatlah cairan pendingin pada radiator yang biasa dikenal dengan nama “Radiator Coolant”. Radiator Coolant dibuat dengan mencampurkan cairan etilen glikol atau 1,2-etanadiol dengan aquadestilata dengan perbandingan tertentu tergantung pada kebutuhan dan situasi/iklim dimana kendaraan bermotor atau mesin tersebut digunakan. Di daerah yang beriklim dingin, ke dalam air radiator biasanya ditambahkan etilen glikol.
Etilen glikol (glikol) merupakan senyawa yang dapat digolongkan sebagai polialkohol, berupa zat cair yang tidak berwarna, kental dan berasa manis. Etilen glikol memiliki titik didih yang relatif tinggi 198oC dan titik bekunya -11,5oC, mudah larut dalam air.
Reaksi Pembuatan :
Etilen glikol dapat dibuat dengan mengoksidasi etilena menggunakan katalisator perak, sehingga terbentuk etilen oksida. Etilen oksida yang diperoleh dihidrolisis dalam lingkungan asam sehingga terbentuk etilen glikol.
Etilen glikol seperti halnya air dapat membentuk ikatan hidrogen, maka etilen glikol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan, campuran etilen glikol dalam air banyak digunakan sebagai cairan anti beku pada kendaraan bermotor yang digunakan didaerah beriklim dingin atau panas.
Di daerah yang beriklim dingin, air radiator mudah membeku. Jika keadaan ini dibiarkan, maka radiator kendaraan akan cepat rusak. Dengan penambahan etilen glikol ke dalam air radiator diharapkan titik beku air dalam radiator menurun, dengan kata lain air tidak mudah membeku.
Jadi, Radiator coolant merupakan aplikasi sifat koligatif kenaikan titik didih dalam kehidupan sehari – hari.
BAB III. MATERI DAN METODE
A. ALAT
1. labu leher tiga 1 buah
2. beaker glass 100 ml 1 buah
3. kawat kasa 1 buah
4. kaki tiga 1 buah
5. pendingin leibig 1 buah
6. termometer 1 buah
7. gabus 2 buah
8. bunsen 1 buah
9. statif dan klem 1 buah
10. spatula 1 buah
11. kaca arloji 3 buah
12. neraca analitis 1 buah
13. pipet volume 10 ml 1 buah
14. bola karet 1 buah
15. batu didih 1 buah
B. BAHAN
1. propanol-2 secukupnya
2. gliserol secukupnya
3. air secukupnya
4. naftalen secukupnya
5. air secukupnya
C. GAMBAR ALAT
BAB IV. PROSEDUR KERJA
A. CARA KERJA
1. peralatan dirangkai samapi tidajk ada rongga udara lagi
2. 2-propanol dipipet sbanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam labu leher tiga
3. labu leher tiga dipanaskan dipanaskan di api bunsen dengan gliserol sebagai medium
4. pemanasan dilakukan sampai diperoleh pada suhu berapa 2-propanol mendidih dan dicatat suhunya
5. suhu termometer ditunggu samapi 50 derajat celcius
6. naftalen ditimbang sebanyak 0,5 gram di neraca analitis dan dimasukkan kedalam 2-propanol
7. pemanasan dilakukan kembali sampai diperoleh pada suhu berapa naftalen mendidih
8. suhu dicatat dan percobaan diulangi 2 kali denagn penambahan naftalen yang sama
B. GAMBAR RANGKAIAN
proses pemanasan 2-propanol dan dengan penambahan naftalen untuk memperoleh titik didih naftalen
BAB V. DATA PENGAMATAN
SAMPEL BERAT NAFTALEN(gr) SUHU (oC )
2-propanol 10 ml - 78
2-propanol 10 ml
+naftalen 0,5006 82
2-propanol 10 ml
+naftalen 0,5009 86
2-propanol 10 ml
+naftalen 0,5015 90
BAB VI. ANALISA DATA
1.Menghitung massa pelarut (Wa)
Wa = BJ 2-propanol . V 2-propanol
= 0,786 gr/ml . 10 ml
= 7,86 gr
2. Menghitung massa zat terlarut (Wb)
Wb = W1 + W2 + W3
= (0,5006 + 0,5009 + 0,5015) gr
= 1,5030 gr
3. Buatlah grafik titik didih vs massa zat terlarut
4. Menghitung BM naftalen
Kb = BM.Wa.gradien/1000.Wb
BM = (1000.Kb/Wa.gradien).Wb
ket :
gradien merupakan harga slope dari grafik
5. Mencari % Error dari naftalen
BAB VII. PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Semakin banyak zat terlarut maka akan semakin besar suhu yang dibutuhkan untuk mendidih
2. 2-propanol mendidih pada suhu 78 oC dan titik didih larutan lebih besar dari titik didih pelarut
3. Besar harga Kb dari naftalen = ...... oC/gr dan BM dari zat terlarut = ........ gr/mol
B. SARAN
Dalam praktikum, kepada praktikan agar berhati-hati dalam menggunakan bunsen dan teliti dalam membaca suhu pada termometer.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins,P.W. 1993. Kimia Fisika Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga
Rosmery. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Medan : PTKI
http://wikipedia.com/kenaikan-titik-didih